Adaperusahaan yang sedang membuka kesempatan lowongan kerja PT Bpr, Account Executive, Teller, Staf Marketing dan banyak lagi di daerah Yogyakarta melalui Indeed.com. Lowongan PT Bpr bulan 6 Juli 2022 di Yogyakarta | Indeed.com
Ohya, kereta api di Thailand gratis lho, ini yang gak ada di Indonesia. Walaupun kareta apinya sederhana tapi cukup membantu masyarakat sekitar dapat menikmati perjalanan gratis. Menurut Husnee, kita dapat melakukan perjalanan ke Bangkok gratis tanpa biaya tapi perjalanan ke Bangkok dari Narathiwad sekitar 20 jam.
Satuhal yang perlu diingat, setiap orang sampai di puncak karier di waktu yang berbeda-beda karena waktu "start" setiap orang juga berbeda. 46. Ujian yang Menguatkan. Ujian yang Menguatkan "Terkadang kamu diuji bukan untuk menunjukkan kelemahan yang dimiliki, tetapi diuji untuk menemukan kekuatan yang ada di dalam diri." - Anonim.
Akantetapi hal ini tidak berlaku untuk Daddy, yang bekerja di lapangan. Bayangkan, sebagai seseorang yang bertanggungjawab terhadap pembangunan 400 unit rumah, hal ini tentu tidak berlaku. Oke-lah, koordinasi dengan kepala tukang bisa dilakukan via telpon, pemesanan material juga bisa dilakuan by phone , tapi pengecekan progres pekerjaan untuk
. Bagi kamu yang lulus dari fakultas ekonomi, berkarir di perbankan mungkin menjadi pekerjaan yang Anda incar selama ini. Ada banyak jam yang siap Anda jajal untuk berkarier. Gaji yang tinggi, jabatan wah dan lingkungan kerja kondusif, Anda pasti menginginkan ketiganya. Akan tetapi, berkarier di sektor perbankan bukanlah hal yang mudah. Banyak saingan yang mesti Anda kalahkan agar bisa menempati satu kursi di institusi perbankan. Agar keinginan Anda selama ini bisa segera terwujud, pastikan Anda punya beberapa syarat ini. Jadi, jika Anda memang benar-benar ingin kerja di dunia perbankan, cobalah ikuti beberaoa tips pada ulasan berikut ini biar mencapai karir sukses di perbankan. Bingung cari Kartu Kredit Terbaik? Cermati punya solusinya! Bandingkan Produk Kartu Kredit Terbaik! 1. Tidak Gaptek’ alias Melek teknologi Melek dengan teknologi Jangan gaptek atau gagal paham teknologi ini jadi syarat wajib bila ingin berkarier di perbankan. Sudah banyak institusi perbankan yang menggunakan teknologi guna menunjang kinerja sehari-hari. Misalnya saja, pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan seperti Artificial Intelligent AI untuk menafsirkan data-data eksternal dan mempelajari hasil data tersebut guna mencapai tujuan kerja dengan hasil yang efektif dan efisien. Jadi hal-hal yang tidak bisa dikerjakan oleh manusia bisa dialihkan ke pekerjaan AI, sehingga kinerja perusahaan tetap berjalan lancar. Itulah sebabnya kenapa karyawan perbankan dituntut untuk melek teknologi. Apalagi teknologi senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Tanpa bantuan teknologi, institusi perbankan jelas akan mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan. Baca Juga Inilah Kelebihan dan Kekurangan Menabung di Bank 2. Punya Integritas yang Tinggi Mengingat bidang kerjanya berkaitan dengan uang, maka karyawan perbankan diharapkan memiliki integritas yang tinggi saat bekerja. Tanpa sebuah integritas, kecurangan dalam dunia kerja pasti akan sering terjadi, baik dalam perkara besar maupun kecil. Sebagai contoh, penyelundupan uang, penyuapan, korupsi, dan tindakan curang lainnya. Ini jadi hal yang cukup sensitif di dunia perbankan. Integritas di sini tidak hanya tentang kejujuran, tapi juga keberanian menyampaikan pendapat, memiliki kode etik, bekerja secara tekun, dan sikap yang konsisten saat bekerja. Ketika Anda berhasil membangun integritas, percaya atau tidak jejak karier Anda di perbankan pasti akan meroket drastis. 3. Cakap dalam Berkomunikasi Biar Enggak Minder Cakap dalam komunikasi Kepintaran secara teknis saja tidaklah cukup. Anda juga harus pintar dalam hal berkomunikasi karena selama bekerja nanti, akan bertemu dengan banyak orang. Tanpa skill berkomunikasi yang baik, Anda akan kesulitan untuk membangun jaringan dengan orang lain di luar institusi. Mulai dari sekarang, latih kemampuan komunikasi dengan baik. Misalnya dengan berani menyampaikan pendapat, ide, dan gagasan di depan banyak orang. Dengan latihan yang intens, maka kecapakan dalam berkomunikasi akan terasah dengan sendirinya. Kecakapan ini bisa dijadikan sebagai modal yang membuat Anda semakin unggul saat melamar kerja di perbankan. 4. Selalu Memperbarui Informasi Biar Enggak Kudet’ Jika kurang informasi, maka Anda bisa disebut sebagai orang yang kudet alias kurang update terhadap isu-isu yang sedang terjadi, terutama yang ada kaitannya dengan kondisi keuangan dan ekonomi negara. Misalnya, dampak perang dagang antara China dan Amerika terhadap perekonomian di Indonesia atau pengaruh meningkatnya impor terhadap pemasukan dan devisa negara. Adanya isu-isu seperti ini tentu akan semakin mengasah kemampuan Anda untuk berpikir dan menemukan solusi dari masalah yang sedang terjadi dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, Anda akan terbiasa memecahkan suatu masalah atau mencari solusi yang tepat dari berbagai informasi yang ada di sekitar. Tentu saja, ini akan sangat membantu Anda dalam berkarier di perbankan. Baca Juga Bank Syariah vs Bank Konvensional, Inilah 4 Perbedaannya yang Paling Mendasar 5. Selalu Pantang Menyerah Selalu pantang menyerah Semua pekerjaan memiliki tantangan kerja masing-masing, termasuk di sektor perbankan. Tapi tantangan bukan hal yang harus ditakuti, melainkan hal yang harus dinikmati. Tanpa tantangan, Anda akan menjadi pribadi yang sama setiap harinya. Tapi dengan tantangan, Anda akan semakin terbentuk sehingga bisa lebih maju dalam meniti karier di dunia perbankan ini. Sikap pantang menyerah ini bisa dilihat dari cara Anda melamar kerja di institusi perbankan. Seberapa kuat dan tangguhnya Anda untuk mengikuti tahap seleksi yang begitu panjang. Jika mudah menyerah, bisa dipastikan tidak akan bisa lolos sampai ke tahap interview kerja. 6. Mahir Mengelola Keuangan Institusi perbankan tidak hanya membutuhkan kandidat yang ahli menggunakan teknologi, tapi juga kandidat yang ahli mengelola keuangan demi keberhasilan operasional dalam jangka panjang. Mampu mengelola keuangan disini tidak sekedar mampu mengatur kas dan beban, tapi juga mampu merancang bisnis dan investasi yang pas untuk kesuksesan institusi di masa mendatang. Jika Anda punya skill yang satu ini, sebaiknya asah terus agar peluang untuk diterima di institusi perbankan menjadi semakin besar. Apalagi di era sekarang, di mana institusi-institusi yang ada sangat membutuhkan karyawan yang ahli dalam bidang pengelolaan keuangan. 7. Mampu Berbahasa Asing Mampu berbahasa asing Nasabah yang menabung di perbankan bukan hanya nasabah yang berasal dari dalam negeri saja, tetapi juga luar negeri. Apalagi di era globalisasi seperti sekarang, dimana warga negara asing yang tinggal di Indonesia sudah bertambah banyak. Maka dari itu, kemampuan berbahasa asing sangatlah dibutuhkan agar komunikasi antara karyawan dan nasabah dapat terjalin dengan lancar. Alhasil, terjadinya miskomunikasi pun dapat diminimalisir dengan baik. Bahasa asing seperti Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, dan Bahasa Jerman merupakan bahasa yang bisa mesti Anda kuasai dengan baik. Dengan keterampilan berbahasa asing, maka peluang bekerja di sektor perbankan akan terbuka lebar untuk Anda. Apa Anda Sudah Memenuhi Kualifikasi? Agar peluang diterima bekerja di perbankan semakin besar, Anda harus memenuhi kualifikasi dan memiliki karakter yang sudah dijelaskan di atas. Kalau belum, jangan khawatir. Setidaknya Anda masih punya kesempatan untuk belajar dan menumbuhkan karakter-karakter di atas sebelum akhirnya melamar kerja di institusi perbankan nanti. Tetap semangat untuk mengejar mimpi-mimpi Anda! Baca Juga 10 Langkah Perencanaan Karir Agar Masa Depan Sukses
Lagi Rame! Pentingnya Izin Perpanjangan Izin Pemakaman Aturan dan Mahalnya Biaya Pemakaman di Jerman Denver Nuggets Juara NBA 2023! Study Tour, Bagian Kurikulum? Study Tour, antara Manfaat dan Kendala Wisata yang Cocok untuk Study Tour Catatan Pilihan 14 Februari 2015 1441 Diperbarui 17 Juni 2015 1112 2267 Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana Sumber gambar Freepik Sebagai seorang hotelier yang lingkup kerjanya ya melulu di hotel, kadang-kadang saya sering mendapat pertanyaan kanan kiri dari beberapa teman dan tetangga, “sebenarnya, apa sih enaknya kerja di hotel?” well, rasanya kok tidak adil kalau saya jawab kerja di hotel itu enak, karena pada dasarnya setiap pekerjaan itu ada enak dan tidaknya. Untuk itu, mewakili semua pertanyaan yang selama ini bersliweran, saya akan uraikan sedikit mengenai enak dan gak enaknya kerja di hotel.*Note yang saya maksud disini yang frontliner saja, sesuai dengan department yang saya yang terdiri dari 3 sumber, yaitu gaji pokok, service charge, dan tip kalau beruntung. Selain gaji, meal allotment jatah makan juga didapat di kantin hotel. Biasanya 1x per shift sak warege kata orang Surabaya sekenyang-kenyangnya kalau mau, tapi kalau mau 3x juga bisa, syaratnya putusin dulu urat malu anda!Gak perlu pusing mikirin seragam kerja yang belum sempat tercuci, karena hotel ini yang 5star loh.. biasanya punya laundry sendiri. Kalau mau incharge, tinggal menukarkan uniform card ke laundry counter dan seragam yang sudah bersih dan wangi sudah siap dipakai.ini yang paling sering kejadian Air di kosan mampet! So, what I have to do? Tenang bro, hotel kan punya loker yang dilengkapi dengan wastafel dan shower ada air panasnya lagi lengkap dengan handuk, sabun cair dan shampoo. Kalau air di kosan tiba-tiba mampet ya.. langsung aja ngibrit ke hotel. Hehehe… kadang-kadang selesai kerja juga saya seringnya berlama-lama mandi air panas di loker yang saya guyurkan di belakang leher dan punggung. Berasa dipijat, pulang kerja saya sudah fresh dan kerja yang nyaman dan sejuk karena ber-AC, bersih dan selalu terlihat fasilitas kelas bahasa asing yang difasilitasi HRD. Gratis! Kalau mau, ada juga kelas aerobic seminggu sekali dan kelas music. Kalau ada banyak waktu ya hayuk aja!Customer yang datang rata-rata orang gedean’ yang dandanannya cantik, ganteng dan wangi. Yang meskipun kadang-kadang tidak suka senyum, tapi enak dipandang. Kalau beruntung, bisa ketemu dengan artis ibu kota sampai pejabat. Bandingkan dengan dokter yang customernya orang-orang sakit yang berhari-hari gak mandi. Hiiiiyyyy… ya, gak?Jenjang karir jelas dengan catatan harus rajin belajar dan berprestasi di tempat kerja loh ya..Dapat harga khusus associate jika ingin menginap di hotel dimana anda bekerja, dan di chain-chainnya jika hotel anda adalah chain hotel, dan harga special untuk produk-produk/ souvenir khas hotel dimana anda di hotel bintang 5, fasilitas wifi biasanya tersedia di lobby dan public area, yang seringnya nembus’ sampai loker dan area back house. So, nikmatilah saat-saat istirahat anda dengan internetan sepuasnya!Jadi hotelier tak perlu kuliah dengan gelar berentet. Kerja di hotel hanya perlu skill. Kuliah perhotelan 1 tahun, bagi saya sudah cukup, asalkan didukung dengan pengalaman training di hotel yang berkualitas dan ditunjang dengan penguasaan bahasa asing yang bagus, tentunya. Sikap ramah, bersahabat dan murah senyum, juga jadi syarat utama yang harus Ke klinik saja. Ada dokter dan ada obat. Gratis! Kalau ke rumah sakit, biasanya hotel punya kerjasama dengan beberapa rumah sakit tertentu, jadi tak perlu pusing masalah berobat, karena sudah menjadi bagian dari fasilitas dengan berbagai macam orang asing. Bagi saya ini keuntungan tersendiri, karena selain bisa memperlancar bahasa Inggris saya dan bahasa asing non British lainnya seperti bahasa Jepang, saya juga banyak belajar mengenai kebiasaan-kebiasaan unik mereka. Kalau beruntung, kadang-kadang ada tamu asing yang suka membawa oleh-oleh dari negaranya dan dibagikan kepada staff hotel. Sewaktu di Bali, paling sering saya dapat permen susu dari tamu Korea, perangko Jepang dan mata uang asing dari berbagai Negara jadi, sebisa mungkin jalinlah komunikasi yang baik dengan tamu andaMmm… kalau dipikir-pikir enak juga yah kerja di hotel. Eiiiitt…! Tunggu dulu! Sekarang saya mau kasih tahu gak enaknya kerja di ENAKNYAKerja seperti pembantu. Mau salah mau bener, yang namanya tamu adalah Raja. Yang namanya Raja pasti gak mau ngalah. So, harus pinter-pinter tahan diri dan emosi jika sedang sial menghadapi tamu yang galak dan sok raja’.Yang namanya Frontliner kerjanya gak ada yang duduk! Semuanya berdiri sampai kram. Gak perduli jabatan anda manager, ya harus berdiri dan pasang senyum seharian karena anda sedang berada di Hospitality Industry. Kecuali kalau harus feed back email dan me-report’ baca repot sana sini, baru deh bisa survey membuktikan, bahwa tamu yang tidak puas dengan pelayanan hotel entah itu di restaurant-nya, health club-nya, atau kamarnya, pasti deh ngadunya baca complainnya ke Frontliner! Kadang-kadang, saking bernafsunya itu tamu saat complain, berasa semua kesalahan ada di frontliner. Ya dimaki-makilah, ya dimarahinlah… sudah jadi makanan pulang gak bisa on time and bahkan seringnya harus extend sukarela karena harus menyelesaikan tanggung jawab dan hand over ke shift ber-make up. Buat saya yang gak suka dandan, ber make-up adalah sebuah kerepotan tersendiri. Selain repot, waktu yang harus saya luangkan untuk make up juga lumayan, sekitar 20 menit. Means, 20 menit kalau dikonversikan dengan gaji saya per bulan kan nilainya lumayan, hehehe…Ooopppss! Perhitungan sekali ya saya...Sekali lagi, kerja seperti Pembantu! Tamu yang bossy seringnya banyak maunya. Kadang-kadang harus multi skilled alias mengerjakan apa yang di luar job desc kita demi melayani tamu. Kali ini sih, bukan pembantu lagi, tapi Babu!So, masih tertarikkah anda bekerja di Hotel??? Source My Own Blog at Lihat Catatan Selengkapnya
Permisi agan" ane mau numpang nanya, disini ada yang kerja jadi Staff EDP IT di BPR gak ? BPR di Bali klo ada,, ane mau tanya job desk kerjaannya apa aja ya gan, maklum newbie fresh graduate plus lulus gak terlalu tau bnyak soal IT apalagi jaringan ane cuma punya basic programmer itu juga sedikit, mohon pencerahannya dari agan" yang kerja jadi Staff EDP IT di BPR Sebelumnya ane agak pesimis orangnya karena menurut ane kerja IT di Bali kebanyakan all in one service dituntut bisa ini itu sedangkan ane cuma punya basic dasar pemrograman benerin printer aja kagak bisa 01-02-2016 1649
Gw berhenti kerja dari tempat kerja gw di tahun 2016 dan semenjak saat itu, hanya dalam waktu sesingkat ini, udah banyak banget yang terjadi di hidup gw. Mungkin gw udah lebih banyak mencoba banyak hal ketimbang orang-orang yang lebih tua dari gw. Setelah berhenti kerja, gw gak langsung memutuskan untuk kerja dari rumah, gw sempet kerja juga di antaranya dan buka usaha ini-itu, sampe ke trading Bitcoin segala yang berhasil membuat gw gak perlu kerja selama 6 bulan, karena hidup gw udah tercover dari Bitcoin. Gw udah mulai freelance online di kancah internasional dari pertengahan tahun 2018, cuma baru serius banget setelah gw pulang dari Afrika Selatan saat itu, karena sebelum-sebelumnya, hidup gw kepenuhan jadwal jalan-jalannya, jadinya gw gak bisa fokus. Ya rezeki juga sih bisa jalan-jalan terus, jadi disyukuri aja hehe… Semenjak tahun 2018, pekerjaan yang gw dapat selalu remote atau partly remote, yang mana artinya gw gak harus pergi ke kantor setiap hari dan meeting kebanyakan dilakukan via online communication. Sebelum tahun 2018, gw udah mulai kerja online juga tapi hanya sambilan. Kalo sekarang sih gw udah fixed jadi pegawai negeri dunia maya. Kerja dari rumah ini ada enak dan gak enaknya. Well, dimulai dari yang gak enaknya dulu ya… Disangka pengangguran! Haha, deritanya orang yang kerja dari rumah yang paling sering adalah sering disangka gak punya penghasilan dan cuma menjadi beban keluarga. Padahal penghasilan kita bisa jadi di atas kebanyakan orang yang kerja rapih-rapih berdandan pake parfum Prancis dan bibir merah bergincu. Apalagi kalo ketemu orang datang ke rumah dan kita belum mandi, karena dari bangun tidur udah langsung kerja dari atas tempat tidur. Orang yang baru pertama kenal gw sih pada nyangkanya gw ini masih anak kuliah padahal udah 7 tahun lulus bok!, jadi mereka wajar kalo liat gw santai-santai. Tapi kalo udah yang udah kenal gw misal saudara, mereka nyangkanya gw ini frustasi dan cari kerjaan kantoran, trus ada yang nawarin jadi honorer sana-sini dengan gaji yang wasalam aja. Aduh, cuma bisa bilang makasih… 2. Lack of social interraction. Kerja online, kita berinteraksi dengan client atau team yang kadang malah gak pernah ketemu muka sama sekali. Kebanyakan komunikasi hanya via email, chat atau paling muluk video call. Gak ada yang namanya pergi makan siang bareng temen kantor, haha! Berhubung jarang ketemu orang, bisa mengurangi intrapersonal skill kita, apalagi di situasi yang membutuhkan basa-basi. Kemampuan berbasa-basi itu gak semudah kedengarannya, bagi gw itu sulit. Semenjak gw kerja dari laptop, menurut gw semakin sulit! Solusi kadang-kadang kerja di coworking space biar ada temen. 3. A whole different world. Kerja online itu bener-bener sesuatu yang beda dari kerja kantoran, toolsnya beda, dari cara ngelamar kerja sampe how to get paid aja bener-bener beda. If you’re new, you need to learn a lot of things and mostly about tech, jadi agak susah kalo buat orang yang gaptek. Belum lagi, yang namanya kerja yang berhubungan erat dengan internet, semuanya cepat berubah, jadi lo harus punya kemampuan untuk mengejar perubahan-perubahan yang terjadi. The concept of comfort zone doesn’t exist. 4. Gak ada motivator. Kerja kantoran bisa memotivasi kita in some ways ketika melihat teman sekantor lebih gigih daripada kita, sedangkan kerja dari rumah kita gak punya perbandingan selain diri kita sendiri. Kerja dari rumah cocok buat orang yang emang semangatnya tinggi dan enggak bergantung ke orang lain untuk memotivasi dirinya, gak semua orang punya kemampuan seperti ini, makanya kerja dari rumah gak cocok untuk semua orang. 5. Gangguan dari keluarga. Kadang, anggota keluarga sering menganggap enteng jadwal kita, karena disangkanya hanya karena kita bisa kerja dari mana aja, kita disangka punya fleksibilitas tinggi, jadi sering diajak ke pasar lah, ke rumah sodara lah selama berjam-jam, etc etc. Menurut gw, kerja online itu enak asal gak tinggal di rumah keluarga, kecuali keluarga lo punya tingkat pemahaman yang mumpuni tentang pekerjaan lw. 6. Kemampuan Bahasa Inggris yang mumpuni. Kalo kerja kantoran, kebanyakan kita berhubungan sama kolega dan client sesama orang Indonesia. Kalo kerja dari rumah, kalo mau banyak duit sih ya cari client bule! Jadi harus punya kemampuan bahasa Inggris yang mumpuni apalagi kalo statusmu freelancer, bukan remote employee. Lo harus punya kemampuan meyakinkan orang lain, negosiasi, menjual diri dalam bahasa Inggris, bukan cuma grammar. 7. Time difference. Kalo clientnya banyak dari luar negeri, so bersiap-siap lah buat sometimes you need to have a call at 12 am or 1 am. Tapi sebenernya itu bisa diakalin kok, karena gw sendiri cuma beberapa kali dalam sebulan kedapatan video call di waktu-waktu tidur. 8. Disangka kerja yang enggak-enggak. Susah ngejelasin ke orang apa profesi lo kalo lo kerja online, karena orang-orang–especially the older generation–masih banyak yang awam or know little to nothing gimana caranya orang belum cuci muka kok bisa dapet gaji terus. Mereka gak ngerti kok bisa dari kamar tidur atau malah tempat tidur doang bisa dapet duit. Bisa jadi disangka yang enggak-enggak, ya maen judi bola lah, atau malah jadi sugar baby! Hwaks! *** Sekarang bagian yang enaknya Income dan working hours kita yang atur. Kalo kerja kantoran, ada batas fixed berapa gaji yang bisa kita dapatkan walopun udah kerja lembur bagai kuda. Sedangkan kerja dari rumah lebih fleksibel. Penghasilan gw yang terbesar adalah semenjak gw kerja dari rumah. Jujur aja gw itu kerjanya sehari cuma berapa jam kok, selebihnya gw belajar skill baru. Dan gw juga gak ngoyo2 banget cari duit, kalo menurut gw udah cukup di standar kenyamanan gw, gw bakalan gak kerja di hari-hari selebihnya selama sebulan itu. Kadang gw kerja abis-abisan selama 2 bulan, untuk 1 bulan setelahnya gw gak kerja sama sekali. Di 1 bulan itu gw belajar skill baru buat nambah rate gw kedepannya. 2. Skills yang bisa dibawa kemana aja. Gw percaya diri dengan kemampuan yang gw peroleh sekarang untuk dibawa tinggal di daerah mana aja. Dulu gw kerja kantoran selama bertahun-tahun, tapi setelah berhenti gw gak yakin kalo mau pindah kota atau malah negara, apa skill yang gw dapatkan dari kerja bertahun-tahun itu bisa dijual di negara lain? Abang kandung gw adalah manager sebuah bank ternama di Indonesia selama 5 tahun, ketika pindah ke Australia, that experience doesnt count at all, kalo dia mau memulai karir disana, harus dimulai dengan either having a degree from internationally reputable university atau memulai dengan kerja blue collar kayak waiter dll. Kerja dari rumah–apalagi kalo client lw internasional–artinya skills lo bisa dibeli dan dibutuhkan orang mana aja. 3. Bisa kerja dari mana aja selama ada internet. Bayangin betapa susahnya orang-orang buat daftar pindah kerja di kantornya buat deket dengan suaminya. Buat orang seperti gw yang kerja dari laptop, gw gak perlu takut tuh untuk kehilangan client base dari daerah tempat tinggal gw dulu kalo gw mau pindah ke daerah/ kota/ negara lain, karena client gw dari berbagai negara. Gw bisa aja pergi ke luar negeri buat jalan-jalan sambil nyambi kerja. Atau bulan Januari gw tinggal sama orang tua gw di Sumatra Barat, selanjutnya di Bali, bulan depannya ke Jakarta. Gw bisa kerja sambil nikmatin hidup. Ketika orang-orang butuh nunggu waktu cuti buat bisa ngerasain jalan-jalan, gw bisa pergi kelas yoga di pagi hari, kerja siang hari, dan sorenya ke pantai. Atau full weekend jalan-jalan menjelajah Bali. Namun gak semua kerja online bisa sebebas ini, banyak juga pekerjaan yang partly remote; yaitu yang gak mengharuskan lo buat pergi ke kantor tapi dibutuhkan untuk tinggal di kota yang sama. Jadi tergantung pilihan masing-masing sih. 4. No Basa-basi Menurut gw, kerja ketemu langsung itu malah lebih banyak indirectness nya ketimbang kerja online. Negara kita kebanyakan suka gak enakan buat menyampaikan pendapat, jadi banyak sindir2an gak jelas dan gak langsung. Sedangkan dalam komunikasi online, orang-orang butuh message untuk ditangkap dengan cepat, gak pake basa-basi. 5. Market dan network yang lebih luas. Hal ini yang membuat gw gak mau bikin baju lagi karena bergantung pada market suatu daerah tertentu. Bayangin, kalo lo kerja di Indonesia di kota tertentu, pasar yang bisa lo jangkau hanya orang-orang di daerah itu aja. Tapi kalo online di market internasional, bayangin berapa banyak negara yang memakai bahasa Inggris di dunia, at least 114 negara berdasarkan buku Lonely Planet. 6. Hemat biaya penampilan dan transportasi. Karena kerja dari rumah, jadi kita bisa kerja pake baju tidur aja. Gak perlu buang-buang waktu buat ngegambar alis segala dan terjebak macet. Salah satu alasan kenapa gw mau kerja online adalah karena gw gak mau tua di jalan; mulai kerja jam 8 pagi tapi harus berangkat kerja jam 7 pagi dan siap-siap dari jam 6 pagi, baru pulang kerja jam 5 sore, sampe rumah jam 6 sore. Berarti ada 3 jam waktu dari hidup gw dalam sehari yang terbuang sia-sia, sedangkan 3 jam itu bisa gw manfaatin buat cari duit! Itu baru sehari, belom kalo seminggu, sebulan, setahun, sewindu! Gw juga gak suka pake makeup full, paling mentok lipcream sama bedak Marck’s. Males banget kalo gw harus buang-buang duit beli foundation terus abis itu beli cream anti aging atau perawatan kulit mahal-mahal karena tiap hari kulit mukanya gak bisa nafas karena ketutup makeup! 7. Gak perlu persyaratan edukasi formal atau penampilan Melamar kerja kantoran, at least lo harus tamatan pendidikan tertentu dan nilai IPK tinggi. Bahkan, di pekerjaan tertentu, ada yang surat lamaran kerjanya baru diperiksa kalo tinggi badannya minimal 155 cm dan ini bukan posisi pramugari lho!, hwaks, apaan coba. Kerja online is a new different game, it’s all about showing you can do the work. Mau tubuh lo cacat kek, asal lo bisa ngerjain, ya lo bisa kerja. Gw udah lama banget gak daftar kerja ke kantor/ usaha dalam negeri, jadi gw sempet kagok waktu kemaren gw sempet iseng ngelamar kerja di perusahaan garmen dan salah satu bagian dari tesnya adalah psikotes, trus yang ngereview tes psikotes gw nanti adalah anak-anak umur 20an yang baru lulus kuliah kemaren. Testnya sampe berproses-proses dan ternyata gajinya not even half of my income working online. Waktu pergi tes, peserta lainnya pake baju kemeja rapih banget dan celana dasar, terus gw dateng pake celana jeans dan tanktop doang dong, in the end, resultnya gw tetep diterima sih walau pun gw datang a la preman, tapi gw gak sanggup turun gaya hidup! Hehe.
kerja di bpr enak gak